Hingga saat ini HIV masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Berdasarkan data terbaru, kejadian penularan infeksi HIV di Indonesia terbanyak melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi tanpa menggunakan kondom. Diikuti oleh penggunaan alat suntik yang tercemar darah yang mengandung HIV (karena penggunaan alat suntik secara bersama diantara para pengguna napza suntik), dan ditularkan dari ibu pengidap HIV kepada anaknya baik selama kehamilan, persalinan atau selama menyusui. Cara penularan lain adalah melalui transfusi darah yang tercemar, alat tusuk dan peralatan lain (tato, tindik dll) dan adanya infeksi menular seksual seperti sifilis, GO dll.
Estimasi yang dilakukan pada tahun 2015 diperkirakan di Indonesia terdapat sekitar 400.000 orang terinfeksi HIV, sedangkan data yang tercatat oleh Departemen Kesehatan RI sampai dengan Maret 2015 tercatat 219.000 orang hidup dengan HIV/AIDS.
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar tahun 2015 ada sebanyak 68 orang penderita HIV di Kabupaten Banjar dan kemungkinan yang belum terdeteksi ada 6.800 orang yang belum terdeteksi.
Melihat tingginya prevalensi di atas maka masalah HIV/AIDS saat ini bukan hanya masalah kesehatan dari penyakit menular semata, tetapi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sangat luas. Oleh karena itu penanganan tidak hanya dari segi medis tetapi juga dari psikososial dengan berdasarkan pendekatan kesehatan masyarakat primer, sekunder, dan tertier. Salah satu upaya tersebut adalah deteksi dini untuk mengetahui status seseorang sudah terinfeksi HIV atau belum melalui melalui konseling dan testing HIV/AIDS sukarela, bukan dipaksa atau diwajibkan. Mengetahui status HIV lebih dini.

RSUD Ratu Zalecha sebagai rumah sakit kelas B rujukan regional kalimantan selatan telah mendirikan Poliklinik VCT dengan tujuan untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Banjar maupun daerah sekitarnya. VCT itu sendiri adalah proses konseling pra testing, konseling post testing, dan testing HIV secara sukarela yang bersifat confidental (rahasia) dan secara lebih dini membantu orang mengetahui status HIV.
Pada hari selasa 21 Maret 2017 bertempat di Aula RSUD Ratu Zalecha Martapura dilaksanakan pembukaan Polikinik VCT secara resmi oleh Plt. Direktur RSUD Ratu Zalecha Martapura dr. H. Eko Subiyanto, Bsc dengan nama Poliklinik As-Syifa dan dr. H. Nanang Miftah Fajari, Sp.PD sebagai Ketua Tim Layanan Klinik Penanggulangan HIV/AIDS di RSUD Ratu Zalecha, Kata As-yifa sendiri berasal dari kata Syifa Arab yang artinya obat.

Peresmian poliklinik VCT as-syifa dihadiri juga Perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, Dinas Sosial Kabupaten Banjar, Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Banjar serta Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli pada ODHA. ( fir )
Oleh: Humas RSUD Ratu Zalecha